Minggu, 18 November 2012

TEKNIK DASAR UNTUK BERBICARA PADA ANAK

Seorang anak yang dengan karakter temperamen dan tidak suka mendengar apa yang dikatakan oleh kedua orang tua, seringkali akan diam dan menurut ketika diajak berbicara oleh orang lain atau guru mereka yang ada disekolah. Pertanyaannya kenapa seorang anak lebih mendengarkan apa yang dikatakan oleh gurunya dibanding dengan orang tuanya sendiri? Secara psikologis,karena orang tua memiliki hubungan emosional dan juga lahir serta batin yang lebih kuat kepada anaknya, yang terkadang hubungan ini justru membuat orang tua tidak bisa untuk bersikap tegas kepada anak. Akan tetapi hal ini tidak bisa dijadikan penyebab utama kenapa seorang anak lebih mendengarkan kepada guru dibanding kepada orang tua, karena pada dasarnya anak akan berbicara secara bebas dan jujur serta mereka juga mau mendengarkan orang lain jika mereka dalam keadaan aman (anak merasa aman).
Oleh karena itu, ada beberapa teknik dasar yang bisa digunakan untuk berbicara kepada anak dengan harapan anak akan berkata jujur dan bebas dan mau mendengar apa yang kitakatakan kepada mereka.
1. Turunkan tubuh kita setinggi anak. Duduk atau berlutut, pilih mana yang membuat kita merasa nyaman.
2. Tatap matanya dengan lembut dan tegas. Ini penting sekali, jika anak kita berpaling gunakan tangan dengan lembut untuk memalingkan kepala mereka supaya mereka menatap langsung kepada kita.
3. Jika anak kita dalam kondisi sangat marah, usap punggung atau perutnya. Usapan pengakuan, kita tidak perlu memeluk atau menarik anak kedekat kita ketika kita sedang berbicara kecuali anak benar-benar histeris dan perlu ditenangkan.(Kalau itu yang terjadi, biarkan anak tenang sebelum memulai percakapan apa pun. Suruh mereka menarik nafas dan bantu mereka melakukan itu, ini biasanya akan sangat membantu)
4. Ubah nada suara kita. Berkatalah dengan suara yang tegas tetapi lembut. Suara kita secara alami naik turun ketika kita sedang bahagia atau sedang bersenang-senang. Suara serius adalah suara yang tidak tinggi atau berteriak.  
5.  Beri kata-kata kepada anak untuk membantu mengalirnya percakapan. Misalnya, kita bisa memulai dengan perkataan "kamu kelihatannya kesal", "Coba kasih tahu mama/ayah, apa yang membuat kamu kesal?"
6. Ulangi apa yang dikatakan oleh si anak. Ini menunjukkan kepada mereka kalau kita benar-benar mendengarkan. Misalnya, Anak :"Iya ma, tadi aku di sekolah merasa kesal banget?", mama : "Kamu merasa kesal?"
7. Jangan menyela atau memotong. Biarkan anak mengatakan apa yang ada di benaknya. Katakan kalau kita mengerti apa yang dia bicarakan. Kemudian, ketika giliran kita tiba, mereka akan berhenti bicara dan mendengarkan kita. Kalau mereka menyela atau memotong ketika kita sedang berbicara, katakan " ayah/mama mengeti, tetapi biarkan ayah/mama selesai dulu, kemudian kamu yang berbicara."
8. Tetap tenang. Ketika kita dalam kondisi capek dan melihat anak "berulah" pasti kita akan merasa sangat marah atau hati kita akan sedih, tapi jika kita terpancing marah-marah justru itu tidak akan membuat keadaan menjadi tenang tapi malah sebaliknya keadaan bisa menjadi lebih "parah". Oleh karena itu, bersikap tenang adalah kunci utama.

1 komentar:

  1. Mohon maaf, lupa mencantumkan.
    Sumber tulisan ini adalah sebuah buku "NANNY 911"
    ok, semoga bermanfaat untuk kita :)

    BalasHapus